Melihat Pengamalan Nilai Pancasila Di Keseharian Nelayan Pulau Santen, Banyuwangi
Bepergian ke Banyuwangi tidak hanya mendapatkan keindahan-keindahan sunrise, bentang alam, kearifan dan budaya yang istimewa semata, tapi juga pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kesehariannya.
Saya menyukai pesisir timur ini begitu damai, sampai rela bangun kebagian setelah adzan subuh. Menembus udara pagi yang agak dingin, menuju pesisir pantai timur Banyuwangi. Salah satunya adalah pulau Santen. Pulau Santen sendiri adalah sebuah dataran yang terbelah aliran sungai sehingga terpisah dari dataran utama dan disebutlah dengan sebutan Pulau. Pulau Sendiri terdapat pemukiman nelayan sehingga dengan datang kesini kita bisa melihat aktivitas para nelayan dalam mencari rezeki di perairan selat Bali.
Mungkin ada 1 tahun lebih bagi saya mengamati aktivitas Pulau Santen dan sampai saat menghasilkan pemikiran bahwa Pancasila dasar sebenarnya adalah dari kehidupan kesehari-harian kita. Satu Tahun lebih juga saya memperhatikan aktivitas nelayan pulau santen. Saya pikir dalam pekerjaan mereka sebagai Nelayan itu sendiri terdapat pengamalan nilai-nilai Pancasila.
menjaring rezeki di pesisir timur |
Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Mereka percaya Tuhan itu ada. Mengatur dan memberi rezeki-rezeki di Dunia. Mereka berusaha menjaringnya .
Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Penerapan sistem bagi hasil dari ikan yang ditangkap hari ini secara adil kepada satu tim nelayan
bekerja sama melipat jaring |
Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Tanpa adanya kesatuan pekerjaan nelayan dalam menjaring ikan ini tak bisa dilakukan. Butuh minimal 6 orang dalam satu kelompok kecil untuk menjaring Ikan dan berbagi-bagi tugas.
diskusi pagi |
Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Sebelum memulai bekerja saya melihat mereka berkumpul berdiskusi, bermusyawarah menentukan hendak kemana jaring tebarkan, mulai dari mana, dan memutuskan untuk berhenti menjaring ikan pada pagi itu.
Sila Kelima: Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Bahwa laut bukanlah kepunyaan mereka saja. Ada hak orang lain, ada hak kelompok nelayan lain,tidak menggunakan cara menangkap ikan yang berbahaya seperti bom, menyetrum yang dapat merusak siklus ikan dan merugikan kelompok nelayan lainnya.
Pulau Santen terbelah oleh aliran sungai yang akhirnya bermuara di pesisir sebelah utara yang memisahkan wilayah Pulau Santen dan Pantai Boom. Aliran sungai tersebut membawa sampah-sampah akhirnya bermuara di laut. Mau tidak mau saat ombak datang menepi di pesisir pantai Pulau Santen, sampah yang keluar muara dan tergenang di selat bali ikut terbawa dan terdampar di pasir. Sering kali saat setelah ombak pasang atau besar, sampah berbaris cukup rapi seperti mengikuti alur ombak yang membawanya terdampar. Belum lagi saat nelayan menjaring ikan, menariknya kembali cukup berat, dan memakan waktu kira-kira 30 menit, tapi selalu saja sampah-sampah yang tergenang ikut terjaring.
sampah yang ikut terjaring :( |
Bagi saya pribadi, pembuang sampai sembarangan seperti di sungai dan di laut itu sangat merugikan orang lain, merusak lingkungan dan jelas sekali tidak menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-harinya. Jelas Padahal apa susahnya, buang sampah ditempat yang benar. Kalau malas buang sampah pada tempat sampah, kalo makan sekalian sama sampah-sampahnya :p
Bagaimana dengan pengamalan nilai Pancasila di daerah sekitarmu?
Komentar
Posting Komentar