Awan Mendung berwarna kelam mulai menggantung dilangit-langit Bandung kala itu, belum memutuskan hendak kemana sore hari, hari terakhir di kota Bandung. Tadinya sih hanya ingin menghabiskan waktu duduk-duduk di bangku pinggir jalan yang ada di sepanjang Jalan Konferensi Asia-Afrika sambil menyeduh kopi dari kedai pinggir jalan yang ditemukan atau duduk menunggu menunggu senja dan magrib di alun-alun Mesjid Agung Bandung. Namun semua rencana berubah ketika browsing tempat wisata atau hangout di sekitar hotel tempat menginap. Mesin pencari Mbah Google menunjukkan Kawasan Chinatown Bandung yang belum lama ini di tata ulang kembali menjadi kawasan wisata.
Walau mendung di langit Bandung makin kelam, saya tetap berangkat menuju kawasan Chinatown Bandung yang letaknya Di Jalan Klenteng No.41, Kelurahan Ciroyom, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Karena saya tidak ngerti seluk beluk kota Bandung, saya kesana menggunakan Ojek Online saja. Diantarlah saya menembus kemacetan Bandung sore itu melewati jalan-jalan tikus. Mendekati Jalan Klenteng, kita akan melewati sebuah Gapura besar berwarna merah, dan sampailah di depan China Town Bandung.
|
bangunan ini bekas bagian depan bioskop |
Saya pikir China Town Bandung ini merupakan sebuah komplek pecinan yang dirombak ulang menjadi kawasan yang lebih menarik untuk dilihat, ternyata China Town adalah suatu bangunan yang dahulunya merupakan gedung milik yayasan Permaba (Persatuan Masyarakat Bandung) dan ternyata bangunan yang ada tersebut dulunya bekas gedung Bioskop yang berdiri di era penjajahan yang dibangun 23 Mei 1938. Yah, bisa dilihat dari bentuk arsitektur depan gedung tersebut melebar dan tinggi mungkin pada sisi tersebut digunakan untuk memajang spanduk film yang diputar hari itu. Bangunan itu kini direnovasi dan awalnya diusulkan untuk dibuat sebuah foodcourt namun kang Ridwan Kamil menganjurkan agar pembangunan tersebut di konsep sedemikian rupa hingga jadilah Kawasan China Town Bandung yang menarik berikut dengan foodcourt di dalamnya.
Untuk memasuki China Town Bandung, saya harus membayar tiket masuk sebesar Rp.10.000,. (Senin-Kamis) namun pada hari Jum�at-Minggu harus membayar tiket masuk sebesar Rp.20.000. Pertama kali masuk kita disambut dengan museum China Town Bandung, yang berisikan benda-benda masa lampau yang asalnya dari komplek pecinan sekitar China Town. Mata saya langsung gatel ingin melihat secara detil benda-benda masa lampau tersebut. Di dalam museum juga terdapat infografis singkat mengenai sejarah suku tionghoa di tanah air.
|
museum China Town Bandung |
Tersadar dari pesona benda-benda masa lampau museum saya melanjutkan kembali keluar menelusuri kawasan China Town Bandung. Setiap sisi China Town ini menarik, suasananya menghipnotos seakan-akan kita berada di suatu tempat di kota kecil di China. Setiap sisi terdapat toko-toko cinderamata, toko pakaian, pernak-pernik bahkan jasa foto dan persewaan kostum sampai dengan makanan-minuman khas china dan Indonesia, terutama makanan khas Bandung. Hampir disetiap sudut disuguhkan pernak pernik untuk memanjakan pengunjuk untuk berfoto, baik berfoto selfie, atau di fotoin. Menyesalnya saya kesini adalah datang sendiri dan tidak membawa teman sehingga tidak bisa berfoto-foto seperti halnya pengunjung yang lain.
|
pengunjung menyewa kostum untuk foto |
|
salah satu toko cinderamata china town |
Lampu-lampu lampion mulai menyala, gerimis mulai jauh begitu cepat, hujan akhirnya turun. Aroma Petrichor tercium semerbak pada sudut-sudut China Town Bandung yang sedang saya telusuri. Orang-orang berlarian mencari tempat teduh di area food court memesan kopi panas, laksa, mie kocok bandung, soto dan sebagainya. Saya makin terlelap dalam suasana China Town Bandung saat itu, terbayang seperti berada di kawasan Old Street Shanghai. Beberapa suasana yang saya potret saat hujan menggambarkan berada di kawasan tersebut.
|
suasananya china bgt kan :) |
|
lorong di china town bandung |
Hujan makin deras, akhirnya saya memesan Laksa dan Secangkir Teh Panas untuk mengusir hawa dingin hujan di Kota Bandung. Transaksi yang berlaku di dalam kawasan China Town Bandung tidak menggunakan uang tapi menggunakan kartu Debit. Pengunjung yang tidak membawa atau punya kartu Debit bisa membeli kartu Debit pada petugas yang ada. Sebenernya saya menyesali pembayaran dengan cara ini karena bagi yang tidak punya kartu debit dipaksa membeli kartu debit seharga Rp.25.000 dan kartu debit tidak bisa dicairkan uang kembali.
|
laksa |
|
foodcourtnya |
|
ada live musik di hari tertentu |
Akhir kata setelah laksa habis dan teh panas mulai mendingin, hujan belum reda. Percakapan dengan pengunjung-pengunjung yang terjebak hujan ternyata bisa membunuh waktu hingga akhirnya hujan pun reda. Saya pun memutuskan pulang menuju penginapan.
|
China Town Bandung |
China Town Bandung memang harus kamu kunjungi ketika kalian singgah di kota Bandung. Ajaklah minimal satu kawanmu biar bisa ada yang bantu foto, lebih bagus lagi kawan yang pintar mengambil foto baik :D.
Komentar
Posting Komentar